Jumat, 04 Maret 2016

Lebih dari kupu-kupu malam

aku pernah mencintai seorang wanita berparas purnama. senyumnya manis bak sari bunga. saat hujan datang, kita berpelukan. saat genteng bocor, aku dan dia berciuman.

kami berjalan menyusuri waktu, penuh canda luka dan haru. dia membawaku kedalam dosa terindah dan membuatku lupa segala-gala.
lupa diri.
lupa waktu.
dan lupa bertanya, siapa dia sebenarnya.

menjelang malam tahun baru, aku berdoa pada tuhan. agar keresahan dihati pecah seperti kembang api diangkasa.
dan benar, tuhan menjawab doaku.
wanita itu sudah berumah tangga. suaminya seorang pengusaha, anaknya cantik dibangku SMA .

aku murka dihadapan cermin, karena bercumbu dengan yang bukan muhrim. aku memaki diri sendiri dan semua ingatan yang datang menghantui.

dia pergi dengan alasan, fokus pada karir dan keluarga. mendengar itu, aku berucap 'Alhamdulillah' karena dia sudah mendapat hidayah dari Maha Kuasa.

tapi tidak semua harapan menjadi kenyataan. dia tidak teguh pada janji, dia justru pergi dengan nafsu yang berapi-api. menjalin hubungan gelap, dengan banyak lelaki.

suaminya sibuk kerja, dia sibuk dengan banyak pria. suaminya sakit meriang, dia mengerang nikmat diatas ranjang.

bagiku, dia lebih hina dari kupu-kupu malam. darinya aku mengenal kemaksiatan.
perselingkuhan dan drama kemunafikan.

kekayaan tidak menjamin ketenangan. kecantikan tidak menjamin kesetiaan.
ucapan tidak menjamin kebenaran.

yang pasti, hati yang ikhlas menerima dan memberi adalah kunci bahagia yang hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar