Minggu, 24 Januari 2016
Jumat, 08 Januari 2016
Sajak untukmu
Aku menulis ini untukmu.
Untuk wanita yang kini menjadi pendampingku, karena dialah orang yang mampu menerimaku seadanya. Dialah hujan, yang membasahiku saat kemarau membuatku rapuh.
Dialah mantra, yang menguatkanku dimana pun itu.
Aku menulis ini untukmu.
Untuk wanita yang kini bersamaku, karena dialah matahari yang membangunkanku disetiap hari. Memberi harapan sepenuh hati.
Aku menulis ini untukmu.
Karena kamulah, kemerdekaan yang berhasil aku perjuangkan.
Aku menulis ini untukmu.
Karena suaramu adalah alunan syahdu, dalam dekapmu aku mengusap keluh.
Aku menulis sajak untukmu.
Dibawah purnama yang indah, dari kegelapan yang menghanyutkan, dalam 5waktu yang aku dirikan.
Aku menulis ini untukmu.
Kasih, engkaulah duniaku
Untuk wanita yang kini menjadi pendampingku, karena dialah orang yang mampu menerimaku seadanya. Dialah hujan, yang membasahiku saat kemarau membuatku rapuh.
Dialah mantra, yang menguatkanku dimana pun itu.
Aku menulis ini untukmu.
Untuk wanita yang kini bersamaku, karena dialah matahari yang membangunkanku disetiap hari. Memberi harapan sepenuh hati.
Aku menulis ini untukmu.
Karena kamulah, kemerdekaan yang berhasil aku perjuangkan.
Aku menulis ini untukmu.
Karena suaramu adalah alunan syahdu, dalam dekapmu aku mengusap keluh.
Aku menulis sajak untukmu.
Dibawah purnama yang indah, dari kegelapan yang menghanyutkan, dalam 5waktu yang aku dirikan.
Aku menulis ini untukmu.
Kasih, engkaulah duniaku
Senin, 04 Januari 2016
cewek tomboy
dian permatasari, itulah nama teman cewek gue
sewaktu masih smp. dian adalah cewek tomboy dengan postur tubuh yang tinggi dan
berisi, rambutnya terurai lurus sebahu. dia tidak begitu cerewet seperti teman cewek
yang lain. dian juga bercita-cita menjadi seorang model, namun tampangnya yang sangar
dan suaranya yang sedikit kelaki-lakian membuat dia terlihat seperti boogeyman.
dari sini, sudah bisa dipastikan dian gagal menjadi seorang model. seandainya
dian menjadi seorang model, lalu berjalan diatas catwalk maka para juri akan
ketakutan. model yang lain berjalan lenggak-lenggok, dian berjalan dengan dada
yang dibusungkan dan kedua tangan yang terbuka lebar.
dian memang cewek tomboy, tapi entah kenapa gue
bisa jatuhcinta sama dia. mungkin saat itu yang gue tahu dari cinta hanyalah
kesenangan. hari itu guru matematika gak masuk, suasana dalam kelas terlihat
seperti pasar. ada yang berteriak, bernyanyi dan ada yang tidur diatas meja
guru. sungguh pemandangan yang menyakitkan. untuk menghilangkan kejenuhan dalam
kelas, gue mengambil buku catatan matematika gue dan menggambar dihalaman
paling belakang. gue mengotori buku catatan gue dengan gambar yang tidak masuk
akal. kemudian gue mendapatkan ide untuk mengerjai seseorang. gue merobek
secarik kertas dan menulis kalimat ‘gue serius suka sama lu! ayo kita pacaran!’
lalu memberikannya pada dian yang duduk tepat dihadapan gue. 6detik setelah
dian membacanya, dian lalu menghampiri gue dan berkata ‘lu beneran suka sama
gue?’ tak ada sepatah kata yang terlontar dari mulut gue saat itu. gue hanya
mampu memandangi sorot mata dian yang berbinar.
untuk sesaat, dian terlihat begitu cantik. segaris
senyum mengembang dari wajahnya dan gue masih menganga dihadapan dia. ‘gue
bene....’ belum selesai gue ngomong, dian langsung berbalik badan dan kembali
ke tempat duduknya, meninggalkan gue dengan penuh tanya. sesekali, dia melirik
kebelakang untuk memastikan apa gue masih melihat dia atau tidak. hari-hari
berikutnya berjalan biasa saja, tapi ada yang berubah dari dian. dian mulai
menjadi wanita yang sebenarnya. dadanya yang dulu rata, kini terlihat menonjol.
kesan tomboy yang melekat pada dirinya, perlahan mulai menghilang. uniknya,
tiap kali ketemu sama gue dia akan tersenyum dan memberikan perhatian yang
berbeda. perhatian yang selama ini gak pernah gue dapatkan dari cewek manapun. gue
mulai sadar, ternyata jatuhcinta bisa merubah sikap seseorang, dari pendiam
menjadi periang. hubungan gue dan dian berakhir tanpa ada kejelasan. gue dan
dian berpisah saat naik kelas. 15tahun terlewati, kita berdua pun tak pernah
bertemu. hingga pada suatu malam yang gerimis, wajah itu kembali lagi. gue yang
saat itu baru pulang dari rumah teman singgah sebentar disebuah warung, mencari
cemilan kesukaan gue. kemudian ada 2orang pemuda masuk dan berbicara pada
kasir. ketika gue akan membayar tiba-tiba saja mata gue menatap dengan jelas,
sosok pemuda berambut pendek itu. dengan refleks gue langsung menyapa ‘dian!’
dalam hati gue yakin inilah cewek yang pernah gue kerjain dulu. yang sering hadir
ditiap lamunan gue. sekarang kita berdua bertatapan, dengan wajah penuh tanya.
gue membuka pembicaraan ‘gue teman smp lu. masih ingat gak?’ dian tersenyum. lalu
menjawab ‘iya.. gue tahu lu teman smp gue, tapi siapa ya?’ jawab dian. gue
tertawa kecil. dian pun bertanya lagi ‘lu udah nikahkan?’ gue jawab ‘belum kali
ya ampun’ dian lalu mengkritik bobot tubuh gue ‘lu dulu kurusan sekarang udah
gendutan ya’
‘yah begitulah. waktu bisa merubah segalanya’ kita
sama-sama tertawa. sebenarnya gue pengen mengatakan kalo gue adalah cowok yang
dulu pernah suka sama dia. ‘gue rizal yang dulu pernah suka sama lu. ayo kita
jadian’ bisa saja saat dian mendengar itu, dian mendadak berubah menjadi cewek
cantik yang penuh perhatian, seperti dian yang gue kerjain sewaktu smp dulu.
tapi situasi diwarung memang tidak memungkinkan, pembeli mendadak ramai. gue
segera keluar meninggalkan warung dengan sepenggal kisah yang belum
terselesaikan.
Jumat, 01 Januari 2016
Gadis penjual pulsa
sudah seminggu lamanya aku tidak lagi mengisi
pulsa, aku juga jarang mengecek sisa pulsa yang aku miliki, ketakutan sering melanda
jika aku melakukan itu. entahlah, aku ini tipe pria yang seperti apa yang jelas
aku anak yang baik. malam itu, aku sudah mendownload 6lagu dan hal ini
membuatku harus mengeceknya. kumainkan jemariku diatas layar handphone dan
muncullah sisa pulsa yang mulai menyusut. aku segera keluar dari kamarku dan
bergegas mengisi pulsa. ku pacu motor pemberian ayahku yang sudah 5tahun
kunaiki dan melaju ditengah gerimis. malam itu tak begitu banyak kendaraan yang
melintas. aku mencari tempat penjual pulsa disekitar rumahku namun tutup. aku
tak bisa pulang tanpa hasil, maka kembali aku memacu motorku mencari ditempat
yang lain. semakin jauh aku berjalan, semakin aku kedinginan. gerimis menjelma
menjadi hujan yang lebat. tanpa disadari aku sudah memasuki kawasan bandara.
terang lampu jalan seakan memberi harapan, dan akhirnya aku menemukan sebuah
kios pulsa. diujung jalan menunuju bandara, aku memakirkan motorku. aku
menggigil kedinginan dan berjalan menuju kios itu. disana aku menemui seorang
gadis berambut panjang sedang menulis sesuatu dibuku kecilnya. ‘selamat malam’
aku menyapanya dengan pelan. gadis itu mengangkat wajahnya dan memperhatikanku
secara detail. kami bertatapan, lalu dengan senyum tipis dia membalasnya ‘yah,
selamat malam’. dia berdiri dari tempat duduknya dan mengambil handphone untuk
diberikan padaku. aku mengisi nomor dan nominal pulsa yang aku inginkan, lalu
menyerahkannya kembali. wajahnya yang cantik memberi kesan hangat untuk aku
nikmati.
‘sudah ya, pulsanya!’ ucapnya kepadaku. saat aku
membayar, gadis itu bertanya ‘kamu tinggal dimana?’
‘butuh waktu 30menit untuk sampai disini’ jawabku.
‘sepertinya kamu kedinginan masuklah dulu, aku
akan membuatkan secangkir teh jika kamu mau’ aku menganggukan kepala. dalam
hatiku berkata, ini adalah kali pertama aku ditawari minum oleh penjual pulsa,
terlebih dia adalah seorang gadis. aku tersenyum dan melangkah kedalam kiosnya.
aku mengambil kursi dan duduk didekat pintu. hujan diluar semakin deras, dan
aku pasti lama disini. gadis itu kemudian memberikan secangkir teh dan
sebungkus tisu kepadaku. aku meminumnya sembari berkata ‘maaf sudah merepotkan’
dia tertawa dan mengatakan ‘aku justru senang melakukannya’. kami berdua
bercerita banyak hal. kami tertawa bersama hingga lupa waktu. ditengah canda
aku bertanya sesuatu yang sedari tadi mengusik otakku ‘kamu tidak keberatan
jika aku menanyakan sesuatu?’
‘tanyakan saja, aku akan menjawabnya’ dia menatap
kedalam mataku, menunggu pertanyaan yang akan aku ajukan. ‘apa kamu biasa
melakukan hal ini kepada setiap pembeli?’ dia tersenyum. ‘tidak. ini adalah
kali pertama aku melakukannya?’ aku semakin penasaran maka aku bertanya lagi.
‘kamu tidak takut jika aku orang jahat?’
‘tidak.’
‘kenapa kamu begitu yakin?’ sambungku
‘karena aku tahu, kamu tidak akan melakukan itu’ aku
tertegun. untuk sesaat kami saling diam. dia mengambil buku kecil yang tadi
ditulisnya, kemudian menunjukkannya padaku. aku mengambilnya. ternyata berisi
sketsa wajah seseorang. dia menggambarnya dengan begitu sempurna. aku terkagum
melihat sketsa itu, dia lalu bercerita ‘itu adalah mantan pacarku. dia
meninggal dalam perjalanan menuju jepang, pesawat yang ditumpanginya tersambar
petir dan...’ pembicaraannya terputus, dia menangis sambil menutup wajahnya
dengan kedua tangan. aku mulai salah tingkah, aku membujuknya agar tidak
menangis. dia kemudian menyeka airmatanya dengan tisu yang aku berikan. ‘aku
turut berduka’ jawabku singkat. diantara sisa airamata yang berlinang ada
senyum manis yang dia tunjukkan. dengan sedikit terbata dia pun berujar ‘dia
mirip denganmu bukan?’
aku hanya senyum mendengar ucapannya. harus aku
akui, sketsa yang digambarnya memang mirip denganku. aku menaruhnya diatas meja
namun dia menyuruhku untuk menyimpannya. bisa jadi, pertemuannya denganku malam
ini menghidupkan lagi kenangan antara dia dan orang yang sudah tiada. hujan
mulai reda dan malam semakin larut. bintang bermunculan diantara kepingan awan.
aku mengantarnya pulang, dalam perjalanan dia memelukku dengan erat.
sesampainya didepan rumah dia pun turun dan sebelum kami berpisah dia bertanya
‘siapa namamu?’ aku menyodorkan tanganku dan menjawab ‘aku rizal dan kamu?’
‘aku felicia terimakasih sudah mengantarku sampai disini’ dia mengajakku masuk
kerumahnya. namun aku menolak. ‘lain kali saja, lagi pula ini sudah larut
malam’ dia tersenyum kepadaku. aku sempat meminta nomor handphonenya namun dia
menjawab ‘kamu sudah tahu rumahku, datanglah. kapan pun kamu mau!’ aku tidak
mengatakan apa-apa lagi, dia membalikkan badannya, dan menuju ke dalam rumah. sesampainya
didepan pintu, dia menoleh kearahku, melambaikan tangan sambil tersenyum. aku
membalikkan motorku dengan kecepatan tinggi menuju rumahku. dirumah, aku segera
menulis kejadian ini menjadi sebuah cerita. aku membuka handphone dari saku
celanaku dan kertas bergambar sketsa itu jatuh ke lantai. aku mengambilnya dan
membuka kertas itu. aku memandang kertas itu dengan rasa kagum. dibelakang
kertas itu, tertera nama felicia dan sebuah nomor handphone. kini aku tahu, apa
yang harus aku lakukan..
Langganan:
Postingan (Atom)