Gue punya seorang adik, yang namanya mirip sama gue. lelaki tampan itu
bernama rizaldy. Kenapa gue bilang dia ‘TAMPAN’ penasaran? Baca terus ya.
Menurut gue punya saudara itu enak, karena setiap tugas dalam rumah bisa kita
kerjakan secara bersama. tapi hal itu gak berlaku dalam kehidupan gue. adik gue
kerap disapa iki. Tak heran, jika orang sering salah membedakan mana izal, dan
mana iki. Kadang iki menjadi izal, kadang izal menjadi iki. Padahal gak ada
kemiripan. Gue hitam dia putih, gue ganteng dia tampan. tiap disuruh sama
nyokap, gue selalu berkilah dan menyuruh adik gue untuk melakukannya.
‘rizal, ambil air siram bunga ya!’ ‘
‘iya mah!!’ sahut gue dengan nada sebal.
Karena merasa terganggu, gue lalu menyuruh iki. ‘iki, siram bunga sana!’
lalu dengan santai dia pun menjawab, ‘emang nama gue rizal?’ ....
Semua orang punya impian masing-masing, gue selalu bermimpi menjadi seorang
jutawan dan iki juga bermimpi kalo dia dikejar sama godzilla. Iki, sebenarnya
terobsesi menjadi tentara. Dia sangat mengagumi bokap. Karena bokap gue adalah
seorang mantan pengawal presiden soeharto. Lulus dari SMA, iki mulai mencari
informasi tentang pendaftaran angkatan bersenjata tersebut. Dia mulai rajin
berolahraga, namun sayang. Kebiasaan merokok dan pulang pagi masih sulit untuk
dihentikan. Suatu hari, gue jtuh sakit dan kondisi gue makin kritis. Nyokap dan
iki sama-sama mencari jalankeluar untuk menyembuhkan gue. gue terharu melihat
perjuangan nyokap dan iki, yang berjuang sekuat tenaga dan ditengah
keterbatasan ekonomi. Terlebih iki, sebagai kakak gue harus mengakui bahwa
dibalik ketampanan yang dia miliki, daia punya sesuatu yang gak semua orang
punya. Dia selalu mampu mendapat pertolongan dari oranglain. Apapun yang dia
inginkan akan dia dapatkan. Sebuah keberuntungan yang sangat mengagumkan.
Sampai akhirnya gue sembuh. dan disinilah kesalahan terbesar dalam hidup
gue terjadi. Malam itu nyokap gue pergi. Dia berpesan katanya ikan yang ada
dikas makan buat gue. tapi sewaktu gue bangun tidur, ikan itu udah gak ada
lagi. Gue marah, gue bertanya sama iki ‘ikan yang dikas siapa yang makan?’ iki
menjawab ‘gue yang makan, emang kenapa?’ emosi gue meledak dan gue lampiaskan
semuanya sama iki. Gue marahin dia habis-habisan, gue maki dan ada 1 ucapan
yang harusnya gak boleh gue ucapin ‘jangan pernah mimpi lu jadi tentara, dasar
bego gak bisa bedain mana hak orang lain’ iki nangis tersendu. Entah kenapa,
sesaat setelah itu gue jadi sadar. Iki masih nangis dan keesokan harinya
hubungan kakak dan adik berada diujung jarum.
5bulan kemudian, iki memutuskan merantau. Dia pergi untuk memenuhi segala
kebutuhan kami. Kini dia bekerja disebuah perusahaan gorden. Upahnya cukup
untuk kebutuhan sehari-hari. Hingga cerita ini dibuat hubungan komunikasi
antara gue sama iki gak masih memanas. Dia dendam dan gue gak bisa
ngapa-ngapain. gue terima dengan lapangdada, karena semua ini adalah kesalahan
gue. tapi sebagai seorang kakak, gue tetap sayang sama dia. Gue selalu berdoa
dan berharap agar iki mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari gue. karena
bagi gue, dia adalah keberuntungan yang tak pernah terpikirkan.