Sabtu, 28 November 2015

Keberuntungan Remi



Remi adalah seorang anak yatim yang hidupnya sebatang kara. Dia tidak punya keluarga dan tempat tinggal. Untuk bertahan hidup, remi dengan ikhlas bekerja mendorong gerobak dipasar. Mengantarkan dagangan orang menuju tempat mereka berjualan. walaupun upah yang diterima tidak begitu besar, namun cukuplah untuk makan remi sehari-hari. 

Disuatu malam yang dingin, remi duduk sendiri. Menyandarkan lelahnya disebuah tembok bangunan tua dekat terminal. Jalanan malam itu mulai sepi, dan remi menghitung uang yang dia dapat setelah seharian bekerja. Diminumnya sebotol air dan dibukanya nasi bungkus yang masih hangat. Setelah berdoa, remi langsung melahap makanannya tersebut. Tak lama kemudian dibawah remangnya lampu jalan, mendekatlah seekor anjing shitzu ke arah remi. Remi kaget bukan kepalang, remi terdiam, tangannya gemetar memegang nasi bungkus yang sedang dimakan. Anjing berwarna putih itu memiliki bobot tubuh yang lebih besar dari remi. Remi terus menatapnya ketakutan, nasi yang dikunyah pun masih menggumpal didalam mulut. Anjing itu kian mendekat dan duduk berhadapan dengan remi. Sekarang mereka bertatapan. Anjing itu menjulurkan lidah seakan memberi pesan pada remi. Dengan sedikit gugup, remi memberikan sedkit makanan pada anjing itu. ‘ini ambillah!’ kata remi dengan suara parau. Dilemparnya secuil daging ayam ke arah yang tidak begitu jauh, anjing itu kemudian mengejar dan memakan makanan tersebut.

Anjing itu kembali mendekat pada remi, remi hanya diam. Anjing itu menjilati remi dengan manja. seakan mengajak remi untuk berteman. Remi mengelus anjing itu dengan lembut dan sekarang mereka berteman. Remi memberikan sisa makanannya untuk shabat baru nya itu.

Malam masih terlalu panjang, remi mengajak sahabatnya itu untuk berjalan mengelilingi pasar, dengan penuh semangat, remi menceritakan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. ‘kenapa kamu berkeliaran disini? Rumahmu dimana?’ Anjing itu menggonggong menanggapi pembicaraan remi. Mereka berdua jauh dari kata kesepian, meski tak ada yang mengerti apa yang mereka bicarakan. Remi kemudian mengajak sahabatnya itu pulang. Remi dan sahabat barunya itu, tidur didalam gerobak. beralaskan kardus dan koran. Keesokan paginya, remi dan sahabatnya bangun. Remi kembali bekerja mengangkut segala barang milik siapapun. Sang anjing ikut menemani remi. Kemanapun remi pergi, anjing itu terus mengikutinya. Setelah mengangkut barang seorang pedagang, remi menyuruh sahabatnya itu menunggu digerobak. Kemudian remi membeli dua bungkus nasi dan sebotol air. Sekembalinya dari membeli makanan remi tersentak kaget, anjing shitzu itu sudah tak ada lagi. remi mencarinya disekeliling namun tidak ditemukan. Dari kejauhan, remi mendengar suara anjing itu menggonggong. Dari seberang jalan terlihat seorang wanita setengah baya mengelus anjing yang baru semalam menjadi sahabatnya itu.
Wanita setengah baya itu mengikatkan sabuk pada leher sang anjing. Remi menatap dengan wajah penuh duka, 2bungkus nasi yang akan dimakan bersama terasa sia-sia. Remi membalikkan badannya, dia putus asa. tanpa remi sadari, mobil van berwarna hitam mengikutnya dari belakang. Terlihat oleh remi, wanita setengah baya tadi memanggilnya. ‘hay nak, masuklah kemobil!’ sapa wanita setengah baya itu pada remi. Maaf bu, saya sedang bekerja!’ jawab remi. Wanita setengah baya itu tersenyum. Dia membukakan pintu untuk remi kemudian berkata ‘naiklah nak, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan padamu!’ remi yang terlihat malu-malu segera menaiki mobilnya. Remi diajak kerumah oleh wanita itu dalam perjalanan sang wanita tak hentinya mengucapkan terimakasih pada remi, karena sudah menyelamatkan anjing piaarannya itu. Remi menceritakan pada wanita itu bagaiman pertemuannya dengan sang anjing ‘semalam dia datang menghampiriku, lalu aku mengajaknya untuk tinggal!’ wanita itu pun menanggapi apa yang dikatakan remi ‘iya. Ini salahku karena tidak ada waktu untuknya, makanya dia kabur dari rumah!’ sampailah remi pada rumah sang wanita paruh baya itu. Remi dihidangkan makanan yang lezat, layaknya tamu terhormat. Setelah makan, remi pamit untuk pulang tapi sang wanita menolaknya. Siapa namamu dan tempat tinggalmu dimana?  Tanya beliau pada remi.’namaku remi bu. Dan aku tidak punya tempat tinggal, keluargaku sudah tidak ada makanya aku bertahan hidup dengan bekerja sebagai kuli dipasar!. Mendengar itu, sang wanita paruh baya pun merasa iba. Dia teringat dengan almarhum suami dan anaknya yang tewas akibat kecelakaan pesawat. Sang wanita pun kemudian mengangkat remi menjadi anaknya. Remi pun menerima tawaran tersebut. Kini dia hidup tenang dengan ibu dan kehidupannya yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar