Rabu, 28 Oktober 2015

Ada doa disebuah Cafe

Malam ini, disebuah cafe gue dan andi duduk sambil meneguk secangkir kopi. Di cafe ini, banyak pengunjung yang datang, lalu pergi. Kita berdua serius menonton sebuah tayangan televisi, yang menujukkan seorang anak SMP yang berhasil membuat kagum dunia, dengan menciptakan sebuah lampu dari tenaga angin.

Obrolan pun dimulai:
'hebat juga tuh anak, masih kecil udah bisa bikin lampu.' Kata andi sembari menyesap kopi mocha miliknya. Gue cuma senyum, dan bertanya ke andi 'kalo anak indonesia, gimana?'
Andi lalu menjawab dengan mantap, 'anak indonesia, cuma tau bikin anak. Selebihnya ortu yang susah' gue terbahak.

Menurut andi, indonesia punya anak-anak yang berbakat. Bahkan, andi juga mengatakan anak indonesia juga bisa bikin nuklir. 'lu taukan petasan roket? Tanya andi ke gue. Gue menganggukan kepala. 'nah, gue curiga nuklir itu terinspirasi dari petasan roket, cuma orang indonesia aja yang gak kepikir sampe situ' kata andi dengan wajah serius.

Emang sih, kalo dipikir-pikir kita punya sumber daya yang memadai untuk bersaing dengan negara lain. Tapi, orang pintar diindonesia kebanyakan mementingkan diri sendiri. Apalagi indonesia skarang, sudah dijadikan lahan politik oleh sebagian kalangan.

Tak lama setelah itu, andi pamit untuk pulang duluan.

Gue terus menatap andi yang menjauh dari tatapan mata.

Gue merenung dan bertanya dalam hati, mau jadi pintar atau kreatif? Akibat melihat anak kecil yang membuat lampu, dan orang pintar yang bermain politik.

Tapi gue cenderung untuk memilih jadi kreatif ketimbang pintar. Diam-diam, gue berdoa dalam hati 'TUHAN, BERIKAN AKU IDE SELUAS LAUTAN DAN KREATIFITAS SEBANYAK BINTANG, AKU TIDAK INGIN MENJADI PINTAR. KARENA PINTAR BELUM TENTU KREATIF, TAPI KREATIF SUDAH PASTI PINTAR' amin. Gue mengedipkan mata, lalu berdiri menghabiskan kopi hitam yang sedari tadi menemani obrolan gue sama andi.

Gue berjalan menyusuri jalan dan menikmati keramaian kota dengan senyum puas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar