Selasa, 25 Agustus 2015

penyesalan seorang kakak



Gue punya seorang adik, yang namanya mirip sama gue. lelaki tampan itu bernama rizaldy. Kenapa gue bilang dia ‘TAMPAN’ penasaran? Baca terus ya. Menurut gue punya saudara itu enak, karena setiap tugas dalam rumah bisa kita kerjakan secara bersama. tapi hal itu gak berlaku dalam kehidupan gue. adik gue kerap disapa iki. Tak heran, jika orang sering salah membedakan mana izal, dan mana iki. Kadang iki menjadi izal, kadang izal menjadi iki. Padahal gak ada kemiripan. Gue hitam dia putih, gue ganteng dia tampan. tiap disuruh sama nyokap, gue selalu berkilah dan menyuruh adik gue untuk melakukannya.
‘rizal, ambil air siram bunga ya!’ ‘
‘iya mah!!’ sahut gue dengan nada sebal.

Karena merasa terganggu, gue lalu menyuruh iki. ‘iki, siram bunga sana!’ lalu dengan santai dia pun menjawab, ‘emang nama gue rizal?’ ....
Semua orang punya impian masing-masing, gue selalu bermimpi menjadi seorang jutawan dan iki juga bermimpi kalo dia dikejar sama godzilla. Iki, sebenarnya terobsesi menjadi tentara. Dia sangat mengagumi bokap. Karena bokap gue adalah seorang mantan pengawal presiden soeharto. Lulus dari SMA, iki mulai mencari informasi tentang pendaftaran angkatan bersenjata tersebut. Dia mulai rajin berolahraga, namun sayang. Kebiasaan merokok dan pulang pagi masih sulit untuk dihentikan. Suatu hari, gue jtuh sakit dan kondisi gue makin kritis. Nyokap dan iki sama-sama mencari jalankeluar untuk menyembuhkan gue. gue terharu melihat perjuangan nyokap dan iki, yang berjuang sekuat tenaga dan ditengah keterbatasan ekonomi. Terlebih iki, sebagai kakak gue harus mengakui bahwa dibalik ketampanan yang dia miliki, daia punya sesuatu yang gak semua orang punya. Dia selalu mampu mendapat pertolongan dari oranglain. Apapun yang dia inginkan akan dia dapatkan. Sebuah keberuntungan yang sangat mengagumkan.

Sampai akhirnya gue sembuh. dan disinilah kesalahan terbesar dalam hidup gue terjadi. Malam itu nyokap gue pergi. Dia berpesan katanya ikan yang ada dikas makan buat gue. tapi sewaktu gue bangun tidur, ikan itu udah gak ada lagi. Gue marah, gue bertanya sama iki ‘ikan yang dikas siapa yang makan?’ iki menjawab ‘gue yang makan, emang kenapa?’ emosi gue meledak dan gue lampiaskan semuanya sama iki. Gue marahin dia habis-habisan, gue maki dan ada 1 ucapan yang harusnya gak boleh gue ucapin ‘jangan pernah mimpi lu jadi tentara, dasar bego gak bisa bedain mana hak orang lain’ iki nangis tersendu. Entah kenapa, sesaat setelah itu gue jadi sadar. Iki masih nangis dan keesokan harinya hubungan kakak dan adik berada diujung jarum.
5bulan kemudian, iki memutuskan merantau. Dia pergi untuk memenuhi segala kebutuhan kami. Kini dia bekerja disebuah perusahaan gorden. Upahnya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Hingga cerita ini dibuat hubungan komunikasi antara gue sama iki gak masih memanas. Dia dendam dan gue gak bisa ngapa-ngapain. gue terima dengan lapangdada, karena semua ini adalah kesalahan gue. tapi sebagai seorang kakak, gue tetap sayang sama dia. Gue selalu berdoa dan berharap agar iki mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari gue. karena bagi gue, dia adalah keberuntungan yang tak pernah terpikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar