sudah seminggu lamanya aku tidak lagi mengisi
pulsa, aku juga jarang mengecek sisa pulsa yang aku miliki, ketakutan sering melanda
jika aku melakukan itu. entahlah, aku ini tipe pria yang seperti apa yang jelas
aku anak yang baik. malam itu, aku sudah mendownload 6lagu dan hal ini
membuatku harus mengeceknya. kumainkan jemariku diatas layar handphone dan
muncullah sisa pulsa yang mulai menyusut. aku segera keluar dari kamarku dan
bergegas mengisi pulsa. ku pacu motor pemberian ayahku yang sudah 5tahun
kunaiki dan melaju ditengah gerimis. malam itu tak begitu banyak kendaraan yang
melintas. aku mencari tempat penjual pulsa disekitar rumahku namun tutup. aku
tak bisa pulang tanpa hasil, maka kembali aku memacu motorku mencari ditempat
yang lain. semakin jauh aku berjalan, semakin aku kedinginan. gerimis menjelma
menjadi hujan yang lebat. tanpa disadari aku sudah memasuki kawasan bandara.
terang lampu jalan seakan memberi harapan, dan akhirnya aku menemukan sebuah
kios pulsa. diujung jalan menunuju bandara, aku memakirkan motorku. aku
menggigil kedinginan dan berjalan menuju kios itu. disana aku menemui seorang
gadis berambut panjang sedang menulis sesuatu dibuku kecilnya. ‘selamat malam’
aku menyapanya dengan pelan. gadis itu mengangkat wajahnya dan memperhatikanku
secara detail. kami bertatapan, lalu dengan senyum tipis dia membalasnya ‘yah,
selamat malam’. dia berdiri dari tempat duduknya dan mengambil handphone untuk
diberikan padaku. aku mengisi nomor dan nominal pulsa yang aku inginkan, lalu
menyerahkannya kembali. wajahnya yang cantik memberi kesan hangat untuk aku
nikmati.
‘sudah ya, pulsanya!’ ucapnya kepadaku. saat aku
membayar, gadis itu bertanya ‘kamu tinggal dimana?’
‘butuh waktu 30menit untuk sampai disini’ jawabku.
‘sepertinya kamu kedinginan masuklah dulu, aku
akan membuatkan secangkir teh jika kamu mau’ aku menganggukan kepala. dalam
hatiku berkata, ini adalah kali pertama aku ditawari minum oleh penjual pulsa,
terlebih dia adalah seorang gadis. aku tersenyum dan melangkah kedalam kiosnya.
aku mengambil kursi dan duduk didekat pintu. hujan diluar semakin deras, dan
aku pasti lama disini. gadis itu kemudian memberikan secangkir teh dan
sebungkus tisu kepadaku. aku meminumnya sembari berkata ‘maaf sudah merepotkan’
dia tertawa dan mengatakan ‘aku justru senang melakukannya’. kami berdua
bercerita banyak hal. kami tertawa bersama hingga lupa waktu. ditengah canda
aku bertanya sesuatu yang sedari tadi mengusik otakku ‘kamu tidak keberatan
jika aku menanyakan sesuatu?’
‘tanyakan saja, aku akan menjawabnya’ dia menatap
kedalam mataku, menunggu pertanyaan yang akan aku ajukan. ‘apa kamu biasa
melakukan hal ini kepada setiap pembeli?’ dia tersenyum. ‘tidak. ini adalah
kali pertama aku melakukannya?’ aku semakin penasaran maka aku bertanya lagi.
‘kamu tidak takut jika aku orang jahat?’
‘tidak.’
‘kenapa kamu begitu yakin?’ sambungku
‘karena aku tahu, kamu tidak akan melakukan itu’ aku
tertegun. untuk sesaat kami saling diam. dia mengambil buku kecil yang tadi
ditulisnya, kemudian menunjukkannya padaku. aku mengambilnya. ternyata berisi
sketsa wajah seseorang. dia menggambarnya dengan begitu sempurna. aku terkagum
melihat sketsa itu, dia lalu bercerita ‘itu adalah mantan pacarku. dia
meninggal dalam perjalanan menuju jepang, pesawat yang ditumpanginya tersambar
petir dan...’ pembicaraannya terputus, dia menangis sambil menutup wajahnya
dengan kedua tangan. aku mulai salah tingkah, aku membujuknya agar tidak
menangis. dia kemudian menyeka airmatanya dengan tisu yang aku berikan. ‘aku
turut berduka’ jawabku singkat. diantara sisa airamata yang berlinang ada
senyum manis yang dia tunjukkan. dengan sedikit terbata dia pun berujar ‘dia
mirip denganmu bukan?’
aku hanya senyum mendengar ucapannya. harus aku
akui, sketsa yang digambarnya memang mirip denganku. aku menaruhnya diatas meja
namun dia menyuruhku untuk menyimpannya. bisa jadi, pertemuannya denganku malam
ini menghidupkan lagi kenangan antara dia dan orang yang sudah tiada. hujan
mulai reda dan malam semakin larut. bintang bermunculan diantara kepingan awan.
aku mengantarnya pulang, dalam perjalanan dia memelukku dengan erat.
sesampainya didepan rumah dia pun turun dan sebelum kami berpisah dia bertanya
‘siapa namamu?’ aku menyodorkan tanganku dan menjawab ‘aku rizal dan kamu?’
‘aku felicia terimakasih sudah mengantarku sampai disini’ dia mengajakku masuk
kerumahnya. namun aku menolak. ‘lain kali saja, lagi pula ini sudah larut
malam’ dia tersenyum kepadaku. aku sempat meminta nomor handphonenya namun dia
menjawab ‘kamu sudah tahu rumahku, datanglah. kapan pun kamu mau!’ aku tidak
mengatakan apa-apa lagi, dia membalikkan badannya, dan menuju ke dalam rumah. sesampainya
didepan pintu, dia menoleh kearahku, melambaikan tangan sambil tersenyum. aku
membalikkan motorku dengan kecepatan tinggi menuju rumahku. dirumah, aku segera
menulis kejadian ini menjadi sebuah cerita. aku membuka handphone dari saku
celanaku dan kertas bergambar sketsa itu jatuh ke lantai. aku mengambilnya dan
membuka kertas itu. aku memandang kertas itu dengan rasa kagum. dibelakang
kertas itu, tertera nama felicia dan sebuah nomor handphone. kini aku tahu, apa
yang harus aku lakukan..
jd critanya ada yg lg jth cnta nih.
BalasHapus