Sabtu, 15 Oktober 2016

Termenung DiBandara

Di bandara ini, 8tahun yang lalu. Alan beserta adiknya mengantarkan sang ayah untuk mencari nafkah diluar negeri. Masih terlintas jelas dibenak alan suasana saat ayahnya meninggalkan mereka. pagi yang mendung, jalanan yang masih terlalu sepi dan deru pesawat sedang memanaskan mesin. Banyak orang yang berlalu lalang dibandara pagi itu. Alan dan adiknya yang masih terlalu muda dan belum mengerti apa-apa hanya bisa menerima perpisahan tersebut sebagai kepergian biasa, layaknya seorang ayah yang pergi ke kantor dan akan pulang sore harinya. "Alan sama alen, jaga mama kamu baik-baik yah! Jangan lupa belajar!" kata sang ayah sembari menggendong alen. "Iya pa!" jawab alan dengan mata yang nanar.
"Nih uang buat jajan kamu sama alen jangan nakal ya! Ingat pesan papa" setelah menerima uang dari sang ayah, alan dan alen berpelukan dengan sang ayah. Sang ayah lalu berbalik badan dan menuju ruang keberangkatan. Dari kejauhan sang ayah menoleh ke arah alan dan alen yang masih melihatnya. Sang ayah tersenyum dan melambaikan tangan pada 2 anak laki-lakinya. Pesawat pun berangkat dan perpisahan pun selesai.

Sesampainya dirumah, alan dan alen segera menemui ibu mereka, dan melaporkan "ayah sudah pergi bu, nih ada sedikit uang yang dikasih sama ayah!" kata alen sembari menunjukkan uang pecahan 20ribu pada ibunya. Ibunya yang sedang meminum teh pun bertanya "kamu sama kakakmu tahu tidak kemana ayah pergi?"
"ayahkan pergi kerja bu!" jawab alen. Alan yang bersiap untuk mandi mendekat ke arah alen."ayah kalian bukan pergi kerja, tapi pergi buat ngurus anak perempuannya si yuniar!"jawab sang ibu dengan nada kesal. Yuniar adalah anak dari istri mudanya sang ayah. "ibu tolong, jangan marahin bapak terus. Kasihan bapak bu! Lagiankan alan sama alen juga masih bisa bantuin ibu nyari uang!"

Ibu yang mendengar jawaban alan mulai naik pitam, teh yang ditenggaknya pun diletakkan dengan keras diatas meja, hingga tumpah membasahi taplak. Dengan suara tinggi ibu berujar "kalian berdua dengarkan ibu, bagaimana mungkin seorang kepala rumah tangga meninggalkan anak-anaknya dalam situasi seperti ini? Situasi dimana seorang anak masih butuh kasih sayang dari ayahnya. Mungkin belum sekarang, tapi nanti jika kalian sudah dewasa kalian akan tahu bagaimana rasanya ditinggalkan!" sang ibu kembali duduk dan menghela napas panjang. Alan segera mandi dan alen pergi entah kemana.
tahun pertama, setelah alan dan adiknya lulus dari sekolah menengah atas komunikasi mereka dengan sang ayah berlangsung dengan baik. Tahun kedua sampai ketiga, intensitas komunikasi antara mereka mulai menurun, tahun keempat sampai selanjutnya saat alan kuliah dan mereka mengalami krisis keuangan, komunikasi anak dan orangtua terputus. Sang ayah kerap kali memarahi alan, dan bertanya "kamu belum kerja?" padahal alan sudah berkali-kali mengatakan, bahwa dirinya saat itu sedang meneruskan pendidikan disalah satu universitas terkenal dikotanya.

Seiring waktu berjalan, alan dan alen belajar meneruskan hidup. Disamping meneruskan kuliahnya alan juga kerja menjadi seorang pelayan dicafe dan alen memilih kerja sebagai kasir di tempat penjualan aksesoris rumah tangga. Sang ibu dengan tabah menjalani hidup tanpa suami disisinya. Alan sering kesal terhadap sang ayah dan kerap mengirim pesan yang isinya tidak pantas untuk dikatakan seperti "anda gagal menjadi orang tua, ibu sekarang menjadi pelacur" dan lain sebagainya. Semua itu alan lakukan karena emosi pada sang ayah yang tega melakukan semua ini pada mereka. Namun sang ayah tak pernah merespon atau menghubungi mereka. Sang ibu yang sudah memahami dengan keadaan yang terjadi hanya bisa pasrah, beliau sering menasihati kedua buah hatinya agar tetap rendah hati dan melanjutkan hidup dengan baik. Sang ibu kerap menjadikan suaminya sebagai bahan lelucon untuk menghibur alan dan alen. Tiap mereka berkumpul bersama, bercerita tentang segala hal sang ibu sering berkata "bapak kalian tidak akan pulang, kalau belum mendapat uang 1milyar"kata sang ibu diikuti dengan gelak tawa. Bila mereka sedang menonton berita tentang orang hilang sang ibu akan berkata "lebih baik, kalian pura-pura jadi anak hilang saja. Siapa tahu ayah kalian nonton lalu kaget dan bisa bertemu sama alan dan alen!". Sindiran sang ibu sering membuat alan menjadi risih, namun tidak bagi alen. dia selalu menganggap bahwa itu semua adalah kenyataan yang harus ditertawakan.

Setelah berjam-jam duduk dicafe bandara, lamunan alan dibuyarkan dengan kedatangan seorang wanita cantik. "hallo papi, ayo kita pulang! Mami udah lapar nih sekalian kita nyari keperluan si aril buat lombanya disekolah" Kata novi, istri alan. "oke, ayo kita pergi" alan yang sedari tadi menunggu novi yang sedang bekerja sebagai pegawai dibandara tersebut, segera menuju tempat parkir. Mereka berdua pergi meninggalkan senja yang mulai tenggelam. Baik alan dan alen sudah berkelurga dan kini mereka hidup bahagia dengan keluarga mereka masing-masing. Sang ibu kini menikmati sisa hidupnya disebuah vila yang tenang dan asri. Tak ada yang tahu bagaimana kabar ayah mereka, yang jelas alan dan alen selalu selalu mendoakan yang terbaik bagi beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar